Saturday, August 05, 2006

Latar secuil tanah Bebekan



Gugusan tanah yang mirip dengan sebuah pulau, dusun ini dikelilingi oleh lautan area persawahan nan hijau. Dihuni sekitar 400 jiwa dusun ini terbagi menjadi dua Rt dimana mata pencaharian penduduk adalah buruh tani hanya satu orang yang menjadi pegawai negri sebagai tenaga pengajar disebuah sekolah dasar. Memang agak sedikit timpang, mereka hidup dikelilingi area persawahan namun tanah itu bukan milik mereka.Sebuah dusun yang juga mengalami kerusakan cukup parah akibat bencana gempa bumi pada tanggal 27 Mei 2006 yang melanda kawasan DIY dan Jawa Tengah.


Dusun Bebekan terletak di desa Gilangharjo Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berjarak sekitar 30 kilometer dari kota Jogja, untuk mencapai dusun ini dibutuhkan waktu kurang lebih 45 menit dengan kendaraan bermotor. Sekitar 95% bangunan milik penduduk mengalami kerusakan. Kondisi kontruksi yang didominasi oleh bangunan tua maupun baru, dan bukan kontruksi yang memang anti gempa telah menelan 2 korban jiwa meninggal dunia dan puluhan mengalami luka-luka.Tiga hari setelah gempa merupakan periode yang cukup berat bagi mereka. Bantuan yang diharapkan sangat sulit mereka dapatkan. Bahan makanan, tenda, selimut, maupun kebutuhan hidup lainya seakan jadi kebutuhan yang sangat sulit merekan dapatkan. Buah-buahan yang ada menjadi makanan untuk sekedar melepas rasa haus dan lapar. Gempa susulan dan isu Tsunami masih membanyangi dipikiran seluruh penduduk dusun. Instalasi listrik yang rusak dan hujan deras menambah suasana semakin mencekam.

Entah dari mana, siapa yang membawa petunjuk arah bagi kami untuk sampai di dusun itu. Bergotong-royong saling bahu-membahu kami mencoba bangkit dari musibah ini. Membangun untuk meneruskan harapan yang membuat kami ingin tetap hidup di bawah naungan rumah batu dan rumah bathin.

Tuesday, July 11, 2006

Hari Anak


25 Juni 2006



Pada tanggal 25 Juni kami menjadikan hari Minggu itu hari anak Bebekan. Jam 09.00 pagi sekitar 35 anak, beberapa mahasiswa pencita alam dan beberapa dewasa Bebekan sampai di kediaman Eli dan Sarah. Guru mengaji pun datang. Mereka datang dengan satu bis dan sepeda motor. Bis itu terlihat beda dari bis-bis yang biasa kita temui. Bis ini terlihat lebih cantik dan lebih hidup dengan ditempelnya gambar dan lukisan yang dibuat dari tangan anak-anak sendiri. Ada gambar bunga, di bagian belakang bis ada juga lukisan tulisan arab.

Jam 10.00 para mahasiswa membagi anak-anak menjadi beberapa grup. Ada yang bermain bola ada yang bernyanyi ada juga yang memasak. Di grup memasak anak-anak belajar membuat cookies dan agar-agar yang nantinya akan disajikan dan disantap bersama. Ibu yang bekerja sebagai buruh emping juga datang dan ikut memasak. Ibu ini lumpuh sejak 15 tahun lalu. Kelumpuhan nya menjadi salah satu alasan dan keputusan untuk menjadi buruh emping karena ga harus banyak bergerak jalan sana sini.

Pukul 12.00 akhirnya memasak sudah selesai dan anak-anak dan guru mengaji shalat luhur bersama. Selesai shalat kami makan siang. Anak-anak terlihat sangat gembira, karena udah kelaparan dan akhirnya makan juga. Apalagi yang sebelumnya di dapur lama tergoda oleh bau coklat dan agar-agar pasti senang sekali makan! Setelah makan makanan yang dipesan dari katering, kami makan agar-agar buatan remaja-remaja putri di awal acara.. Setelah semua selesai makan, anak-anak berbaris dengan rapi bersiap untuk mendapatkan sikat gigi dan menggunakannya langsung.

Acara selanjutnya lebih relax yaitu nonton bareng. Anak-anak menonton cartoon Monster and Inc. di bawah pendopo. Anak-anak yang lebih besar menonton film lebih berbobot yaitu Alexandria.

Sebelum pulang, kami membagikan cookies yang dibuat para remaja putri dan dua ibu-ibu kepada anak-anak. Mereka memakan cookies itu dengan sangat lambat karena takut cepat habis. Tapi ada juga yang lahap memakannya.

Jam 15.30 sebelum mereka masuk bis lagi, kami sempat berfoto-foto ria. Wajah bahagia dan senyum mereka semua membuat kami tak kalah senang dari mereka.
Hari yang sangat indah.. Berbagi kebahagiaan itu istimewa..

Oleh Sarah Diorita